Kamis, 23 Desember 2010

IV.5 TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA DARI TEKS RAJA PURANA PURA DALEM TUGU

Sekarang diceritakan di Samprangan, Sri Aghra Samprangan (Dalem Ile), beliau tidak cakap mengurus negara, tidak memperhatikan prilaku sebagai seorang pemimpin, karena sifat beliau yang suka bersolek, bisa-bisa akan hancur negerinya, para menteri dan pejabat negara tidak mampu menyadarkan beliau Dalem. Akhirnya berpikir-pikir Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel, sangat keras keinginannya untuk mensejahterakan negaranya segeralah beliau mohon restu dewata (handewasraya) di Pura Dalem Jagat tempat pemujaan beliau.

Tiba-tiba beliau mendengar sabda angkasa yang menyuruh beliau menghadap I Dewa Ketut Ngulesir. Atas kejadian itu akhirnya beliau mengundang para menteri dan pejabat istana, bahudanda, pemuka masarakat yang sehaluan dengan beliau lalu bermusawarah di Pura Dalem Jagat dimana sebelumnya beliau memuja. Dalam pertemuan itu dijelaskan mengenai sabda dari langit yang didengar oleh beliau. Pada waktu itu terjadi permusawaratan yang menghasilkan permufakatan yang secara aklamasi mendukung keinginan Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel. Saat itu dilakukan upacara Padewasaksian, setelah itu langsung menuju desa Pandak. Tidak diceritakan dalam perjalanan, beliau telah sampai disana, bertemu dengan Ida I Dewa Ketut Ngulesir yang sedang dihadap oleh orang-orang Pandak sama-sama penggemar judi. Tidak ada rasa ragu dalam hati, dengan hati tulus ikhlas mengabdi, dan senantiasa memikirkan ketenteraman serta kesejahteraan rakyat, dengan sangat Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel memohon agar Ida I Dewa Ketut Ngulesir bersedia menjadi raja. Banyak hal-hal yang disampaikan oleh Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel, akhirnya tidak kuasa beliau menolak, dan akhirnya beliau bersedia bersama-sama kembali ke Gelgel. Pada waktu itu I Gusti Agung Bandesa Gelgel menyerahkan istana kepatihannya untuk dipakai menjadi istana Dalem. Sejak itulah Dalem bertakhta di Gelgel, yang kemudian bernama Swecalinggarsapura, beliau dinobatkan dengan gelar Dalem Ketut Sri Smara Kapakisan pada tahun Saka 1305 (panca windu pramananing jagat) atau tahun 1383 Masehi.
Postingan IV.5 ini, seperti dapat disimak pada uraian diatas, intinya menceriterakan tentang peran Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel (sebagai Patih Uttama yang telah menggantikan ayahanda beliau yaitu Sirarya Kuthawaringin karena telah lanjut usia) dalam mengambil inisiatif untuk menyelamatkan kerajaan (Samprangan) karena ketika itu bertakhta Dalem Ile (setelah ayahanda beliau yaitu Dalem Ketut Kresna Kepakisan wafat pada tahun Saka 1302 atau 1380 Masehi) yang tidak cakap mengurus negara.
Kalau secara ringkas dirunut rangkaian langkah penyelamatan negara yang dilakukan adalah : ndewasraya di Kahyangan Dalem Jagat > mendengar pawisik supaya menjemput Ida I Dewa Ketut Ngulesir ke Desa Pandak > menyelenggarakan permusyawaratan dengan pejabat-pejabat kerajaan di Kahyangan Dalem Jagat > permusyawaratan aklamasi sepakat untuk menjemput Ida I Dewa Ketut Ngulesir untuk dinobatkan sebagai Dalem pengganti Dalem Ile > melakukan upacara padewasaksian (ikrar) atas kesepakatan termaksud bertempat di Kahyangan Dalem Jagat > berangkat menuju Desa Pandak > kembali ke Gelgel bersama Ida I Dewa Ketut Ngulesir > Kyayi Gusti Agung Bandesa Gelgel menyerahkan Istana Kepatihannya untuk dipakai menjadi istana Dalem > Ida I Dewa Ketut Ngulesir dinobatkan dengan gelar Dalem Ketut Smara Kepakisan pada tahun Saka 1305 atau 1383 Masehi.
Karena peristiwa sejarah inilah Kahyangan Dalem Jagat yang kemudian bernama Pura Dalem Tugu juga memiliki fungsi sebagai saksi sejarah berdirinya Kerajaan Gelgel. Oleh karena itulah pangelingsir Puri Agung Klungkung ikut berpartisipasi manakala karya diselenggarakan di Pura Dalem Tugu seperti yang penulis alami/saksikan ketika penyelenggaraan Karya Pamungkah, Pangenteg Linggih Lan Mapeselang dengan puncak karya pada tanggal 29 Juni 1999.
Video dokumentasi penyelenggaraan karya termaksud dengan judul Movie Video-01, Movie Video-02 dan Movie Video-03 Cuplikan Karya di Pura Dalem Tugu, 29 Juni 1999 disajikan dalam Blog-ku ini. Anda setiap saat akan bisa mengaksesnya. Dalam Movie Video-01 Anda akan dapat menyaksikan pangelingsir Puri Agung Klungkung ketika itu, Dokter Ida Tjokorda Rai, memanjat palinggih Padma Agung di Pura Dalem Tugu, nyarengin mendem pedagingan dalam rangkaian eed Karya Pamungkah pada tanggal 25 Juni 1999.
Sebelum mengakhiri uraian dalam postingan IV.5 ini, ijinkanlah penulis mempermaklumkan kepada para pengunjung setia dan para pengunjung baru Blog-ku ini bahwa untuk melengkapi sajian Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia Dari Teks Raja Purana Pura Dalem Tugu ini, sejak tanggal 15 bulan ini telah ditayangkan Video Raja Purana PDT(Pura Dalem Tugu)-01 s/d 04. Video tersebut merupakan hasil editing ulang dari video dokumentasi dari kegiatan/acara Ngewacen Raja Purana Pura Dalem Tugu yang telah diselenggarakan dalam Pesamuan Pusat Pasemetonan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin pada hari Banyupinaruh, 19 Pebruari 2006 bertempat di Wantilan Pura Dalem Tugu. Seperti tampak dalam video tersebut yang dimohoni bantuan untuk ngewacen dan negesin dalam acara termaksud adalah Ida I Dewa Gde Catra Cs.
Untuk memenuhi persyaratan dari hosting website video termaksud yang membatasi durasi video yang dapat diupload maksimum 15 menit, maka video dokumentasi yang terrekam dalam 2 keping CD diedit ulang menjadi 7 video klip dengan durasi maksimum 15 menit. Seperti sudah diuraikan diatas dari 7 video klip itu baru berhasil ditayangkan dalam Blog-ku ini 4 buah. Video Raja Purana PDT-01 mengandung substansi yang sama dengan postingan IV.1. Video Raja Purana PDT-02 mengandung substansi postingan IV.2 awal. Dalam Video Raja Purana PDT-03 dapat dijumpai substansi postingan IV.2 akhir dan IV.3 awal. Dalam Video Raja Purana PDT-04 dapat ditemui substansi postingan IV.3 akhir dan IV.4 awal. Sedangkan substansi postingan IV.5 ini dan substansi postingan IV.4 akhir, baru akan dijumpui dalam Video Raja Purana PDT-05 yang akan ditayangkan menyusul.
Harap dimaklumi bahwa teks dalam lontar yang dibaca dalam video tersebut berbahasa kawi dan ditegesin dalam Bahasa Bali.
Demikianlah yang dapat disajikan dalam postingan kali ini, semoga ada manfaatnya. Postingan berikut yang akan menyusul masih tetap memakai judul yang sama tetapi dengan kode judul IV.6.
Terima kasih atas kunjungan Anda di Blog-ku ini. Bila berkenan, jangan lupa berkomentar untuk penyempurnaan. Sampai jumpa pada postingan berikut.

Technorati Tags:

Penulis,
(I Made Pageh Suardhana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar