Minggu, 21 November 2010

IV.2 TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA DARI TEKS RAJA PURANA PURA DALEM TUGU

Diceritakan lagi pada masa dahulu kala, ada seorang raja dari pulau Jawa datang ke Bali, beliau bernama Sri Dalem Wirakesari Warmadewa. Beliau beristana di lereng Gunung Tolangkir. Istana beliau bernama Kahuripan sangat terkenal perbawanya di Bali dan Pamrajan beliau bernama Salonding sebagai tempat pemujaan, oleh karena itulah beliau juga diberi nama Dalem Salonding. Beliau menjadi raja di Bali sangat disegani, tidak kurang apapun, berbudi luhur, beliau yang menata Sad Kahyangan di Bali seperti Panataran Agung Besakih, Pucak Lempuyang, Huluwatu, Watukaru, Hairjeruk, Panataran Pejeng. Adapun Pura Besakih, sebagai Panataran Agung dikelilingi dengan Pura Gelap, Kiduling Kreteg, Hulun Kulkul, dan Pura Batumadeg. Ada lagi pura tempat pemujaan seluruh umat disebut Pura Dalem Jagat yang juga disebut Pura Dalem Puri sampai sekarang. Sangat banyak bila diceritakan semua.

Selama pemerintahan beliau sangat makmur Pulau Bali ini, karena tiada hentinya upacara pemujaan di bumi, dan upacara pemujaan di kahyangan-kahyangan beliau lakukan. Hal ini diikuti oleh orang-orang Bali di desa-desa, mereka membangun Kahyangan Penataran dan Kahyangan Dalem Jagat yang masing-masing diupacarai sebagaimana mestinya. Demikianlah yang menjadi raja, berganti-ganti dari keturunan Warmadewa, yaitu Sri Ugrasena Warmadewa, Sri Candrabhayasingha Warmadewa. Tidak diceriterakan lagi hal itu.-.
Sekarang diceritakan bahwa pada tahun Saka 913 (agni jadma dwara) atau tahun 991 Masehi, Sri Udayana Warmadewa dengan permaisuri Dyah Gunapriya Dharmapatni beliau memerintah Bali. Beliau adalah raja yang berwibawa, sangat budiman dan susila, tidak ada rakyatnya yang berniat jahat, dipengaruhi oleh sifat-sifat bijak sang raja, sangat tenteram kerajaan Bali ini. Didatangkanlah pendeta dari Jawa, atas perkenan raja Sri Darmawangsa di Deha oleh karena itulah selama pemerintahan Sri Udayana Warmadewa bergantian para pendeta datang ke Bali mereka berada di Bali kadang-kadang juga berada di Jawa, yang dijadikan pendeta istana (purohita). adalah lima bersaudara yang terkenal dengan sebutan Sang Panca-tirtha. Yang mula-mula datang adalah Mpu Mahameru, beliau datang di Bali pada hari, KA, Su, wara Pujut (Jumat, Keliwon, wuku Pujut ) pada bulan terang kesepuluh sasih ka 5, (Nopember), rah 2, tenggek 1, tahun Saka 912 (rudira netra, sirah tunggal, pada dewa sanga) atau tahun 990 Masehi, memuja Bhatara Putrajaya yang bersthana di Besakih. Tidak diceriterakan lagi..
Setelah lama berlalu, sesudah Mpu Mahameru datanglah Mpu Ghana ke Bali, pada hari Ka, Ca, (Senin, Keliwon) wuku Kuningan, bulan terang sasih ke 7, tahun Saka 919 (lenging tunggal lawangan) atau tahun 997 Masehi, pada bulan terang ketujuh. Beliau berperhyangan di Pura Dasar Gelgel, beliau senantiasa melaksanakan yoga semedi. Tidak diceritakan lagi hal itu.
Setelah Mpu Ghana datang ke Bali kemudian menyusul Mpu Kuturan turun ke Bali pada hari Rabu, Keliwon, wuku Pahang bulan terang keenam, sasih katiga, rah 3, tenggek 2, tahun Saka 923 ( aghni ngapit lawang) atau tahun 1001 Masehi, beliau berlabuh di pesisir Padang, melakukan pemujaan dengan sikap sila yukti itu menyebabkan tempat itu disebut Kahyangan Silayukti sampai sekarang. Kita hentikan cerita tentang beliau dahulu.
Adapun Mpu Bharadah tinggal di Pulau Jawa menjadi pendeta istana sang raja, beliau mengadakan keturunan dan beliau berhasil mengalahkan Walunateng Dirah. Kita lewati cerita tentang Mpu Bharadah.
Mengenai Mpu Ghnijaya, sebagai tetua (panglingsir) Sang Pancatirtha (lima pendeta) datang ke kerajaan Bali setelah beliau memberi pengarahan kepada puteranya semua. Beliau datang ke Bali pada hari Selasa Umanis wuku Wariga pda bulan terang ketujuh sasih Srawana (Sasih Kasa), rah 8, tenggek 3, tahun Saka 938 (rudira hasti, tri sirah, taksaka dumilahing dwara) atau tahun 1016 Masehi, beliau beryoga di Lempuyang. Tidak diceriterakan lagi..
Kembali tentang Mpu Kuturan, beliau diangkat menjadi Dharma dyaksa (jaksa) di istana raja Bali Sri Udayana Warmadewa. Beliau ber-pasraman di Silayukti, menciptakan konsep ajaran Siwa Buddha yaitu pengetahuan tentang tri-murti, Brahma, Wisnu, Siwa, yang akhirnya muncul lagi Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa, yang diyakini oleh umat semua. Dari konsep inilah kemudian muncul Kahyangan Tiga yang ada diseluruh desa di Bali. Sebelum itu ada kahyangan yang disebut Panataran, Dalem Desa yang juga disebut Dalem Jagat dan ada Sad Kahyangan menurut tingkatan tempatnya. Ini yang dipelihara dengan baik senantiasa dilakukan upacara di semua kahyangan dan juga upacara untuk bumi Bali dengan Pura Besakih sebagai kahyangan yang utama. Juga telah dituliskan pustaka Purana tatwa, Dewa tatwa, Widitatwa, Kusumadewa, dan juga puja, mantra pemujaan. Sangat banyak jika diceritakan semua.
Mengenai kahyangan tiga Dalem Pangulun Setra, Dalem Cungkub nama lainnya, tempat sthana Dewa Siwa yang berwujud Durga Bhairawi, Puseh sebagai sthana Dewa Wisnu, Desa Bale Agung sebagai sthana Dewa Brahma. Panataran sebagai sthana Dewa Mahadewa yang umum dikenal oleh umat dengan nama Bhatara Putrajaya bhatara yang bersthana di Gunung Tolangkir (Gunung Agung). Adapun Kahyangan Dalem Desa yang juga disebut Dalem Jagat dan kemudian lumrah disebut Dalem Suci merupakan sthana Sang Hyang Amurwabhumi. Oleh karena itu jelas kahyangan ini bukanlah Dalem Pangulun Setra dimana bersthana Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Durga Bhairawi. Kahyangan Dalam Jagat (Dalem Suci) ini merupakan tempat pemujaan bagi masarakat luas. Kemudian sesudah itu akhirnya dibangun pula sanggah penghulu tegalan/sawah, penghulu bendungan, di pekarangan tempat tinggal dibuat sanggah pelindung/penghulun karang perumahan sebagai sthana Sang Hyang Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa yang berwujud Sang Hyang Guru, dan pasthanan para leluhur yang disebut Sanggah Kamimitan. Demikianlah yang ada dikerajaan Bali. Berganti-ganti yang bertakhta di Bali, sangat makmur dan tenteram masarakat Bali. Demikian kita lewatkan hal ini.
Postingan IV.2 ini merupakan kelanjutan dari postingan IV.1 yang lalu yang menyajikan bagian Manggala dan awal dari bagian Isi dari struktur isi Raja Purana Pura Dalem Tugu. Postingan IV.2 diatas melanjutkan sajian bagian Isi yang dalam postingan yang lalu telah diawali dengan uraian tentang keadaan Pulau Bali dizaman dahulu kala.
Inti dari uraian dalam postingan IV.2 sekarang ini adalah kisah tentang Zaman Bali Purbakala ketika Sri Dalem Wirakesari Warmadewa bertakhta sebagai raja di Bali, beliau menata pura-pura antara lain Pura Panataran Agung dan Pura Dalem Jagat (Dalem Puri) di Besakih. Kemudian dilanjutkan dengan periode pemerintahan Sri Udayana Warmadewa, beliau mendatangkan Sang Pancatirtha di Bali yaitu Mpu Semeru, Mpu Ghana, MpuKuturan, Mpu Bharadah dan Mpu Ghnijaya. Pada zaman itu, sebelum ada Kahyangan Tiga sudah ada Kahyangan Panataran dan Dalem Desa yang juga disebut Dalem Jagat atau Dalem Suci. Dalem Desa (Dalem Jagat atau Dalem Suci) linggih Ida Sang Hyang Amurwa Bhumi berbeda dengan Dalem Pangulun Setra (Kahyangan Tiga) sthana Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Durga Bhairawi.
Keberadaan Dalem Suci seperti dimaksud diatas merupakan latar belakang sejarah dari pendirian Pura Dalem Tugu, jelasnya kata “Dalem” dalam nama Pura Dalem Tugu itu berasal dari “Dalem” dalam pengertian Dalem Suci termaksud diatas.
Postingan berikutnya yang akan menyusul memakai judul yang sama tetapi dengan kode judul IV.3. Terimakasih atas kunjungan Anda di Blog-ku ini. Sampai jumpa pada bostingan berikut.
Technorati Tags:
P  e  n  u  l  i  s,

(I Made Pageh Suardhana)

2 komentar:

  1. terima kasih untuk terjemahannya. sungguh sangat memperkaya pustaka sanatana dharma

    BalasHapus
  2. Terimakasih banyak, saya ucapkan kepada KY SALMAN atas bantuannya yg telah memberikan saya angka jitunya yaitu dan alhamdulillah berhasil,berkat bantuan KY saya sudah bisa melunasi semua hutang2 saya di BANK BRI bahkan saya juga sudah punya modal usaha sendiri sekali lagi makasih yaa KY,anda mau bukti bukan kata2 silahkan hubungi KY SALMAN 082310623559.klik disini

    BalasHapus