Minggu, 28 November 2010

IV.3 TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA DARI TEKS RAJA PURANA PURA DALEM TUGU

Lama-kelamaan waktu telah berlalu, bertakhtalah Sri Gajawahana yang bergelar Sri Ratna Bhumibanten dan Sri Tapolung yang disebut oleh rakyatnya, beliau sangat pandai, bijaksana, berwajah tampan, sangat susila dan dermawan seolah-olah Dewa Asmara menjelma. Beliau tidak pernah lupa melaksanakan dewa yadnya memuja leluhur (pitra yadnya) oleh karenanya sangat tenteramlah bumi Bali waktu itu. Adapun beliau didampingi seorang patih sebagai pemuka Bali yang bernama Ki Pasunggrigis, sangat cekatan dalam pemerintahan, sakti dan berbudi luhur, dan beliau Kebo Iwa, perawakan beliau tinggi besar tidak seperti orang kebanyakan, beliau akhli teknik pembangunan (asta kosala kosali) sangat perwira, tidak dapat dilukai dengan senjata tajam buatan pandai besi. Beliau didukung juga oleh para tanda menteri yang memerintah di semua desa.

Pada masa pemerintahan Sri Ratna Bhumibanten di Bali, beliau tidak mau takluk pada raja Majapahit, hal ini menyebabkan tidak senang hati Sri Maharaja Patni (Baginda Raja Putri) di Majapahit. Beliau akhirnya memerintahkan patih Rakryan Madha, merancang tipu muslihat untuk menyerang kerajaan Bali. Patih Kryan Madha telah mengetahui kesaktian dari Ki Kebo Taruna (Kebo Iwa), itulah yang direncanakan daya upaya untuk memudahkan kematiannya. Setelah itu diseranglah Pulau Bali dari tiga penjuru, pada tahun Saka 1265 atau tahun 1343 Masehi.
Yang menyerang dari utara adalah Sirarya Dhamar, Sirarya Kutawaringin, Sirarya Sentong, disertai prajurit pilihan semua. Yang menyerang dari arah baratdaya yaitu Sirarya Kenceng dan Sirarya Belog dan Sirarya Kanuruhan Singasardula serta Sirarya Panghalasan, diiringi prajurit semua. Setelah Bali bagian utara, baratdaya, serta sebelah timur Tolangkir dapat dikalahkan, sangat kesal hati Patih Gajahmada karena Pasunggrigis masih tetap mempertahankan kerajaan Bali. Saat itulah Patih Mada mengadakan pembicaraan mencari muslihat untuk dapat menundukkan Pasunggrigis tanpa menggunakan senjata. Setelah disepakati upaya yang akan dilaksanakan, pergilah mereka bersama-sama menghadap Pasunggrigis tanpa membawa senjata, dengan membawa bendera putih sebagai tanda tunduk (menyerah) karena demikianlah etika dalam peperangan. Tidak ragu-ragu Pasunggrigis, hal itu menyebabkan beliau dipenjara akibat kelicikan tipu muslihat musuh yang sangat licik. Akhirnya kalahlah kerajaan Bali kemudian dikuasai oleh Majapahit.
Postingan IV.3 ini, merupakan kelanjutan dari postingan IV.2 yang lalu, menyajikan uraian tentang peristiwa sejarah yang dikenal dengan nama : Ekspedisi Gajah Mada ke Bali yang berhasil menaklukkan Bali pada tahun saka 1265 atau tahun 1343 Masehi.
Peristiwa sejarah inilah yang mengantarkan para arya yang ikut berperan dalam Ekspedisi Gajah Mada termaksud, termasuk Sirarya Kuthawaringin, akhirnya mendapat penugasan sebagai penguasa wilayah di Bali atas nama Kerajaan Majapahit. Di wilayah mana Sirarya Kuthawaringin ditugaskan sebagai penguasa wilayah dan kapan beliau membangun Dalem Jagat (Dalem Suci) yang ternyata merupakan cikal-bakal dari pura yang kemudian menjadi pura yang akhirnya di kenal dengan nama Pura Dalem Tugu, akan disajikan dalam postingan-postingan selanjutnya.
Postingan berikutnya yang akan menyusul memakai judul yang sama tetapi dengan kode judul IV.4. Terimakasih atas kunjungan Anda di Blog-ku ini. Sampai jumpa pada postingan berikut.
Technorati Tags:
P  e  n  u  l  i  s,

( I Made Pageh Suardhana )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar