Kubontubuh-Kuthawaringin
Komunikasi antar sameton Pratisentana Sira Arya Kubontubuh-Kuthawaringin diharapkan dapat merupakan media tukar informasi/pendapat yang bersumber dari apa yang diketahui/dialami yang perlu disebarluaskan untuk sebesar kemungkinan manfaat terutama bagi para sameton khususnya dan para peminat pada umumnya terhadap topik-topik yang terkandung dalam substansi informasi termaksud.
Halaman
- Beranda
- BUNG KARNO DI TOKYO
- Klik Disini>Hubungi Kami via Email
- VIDEO RAJA PURANA PDT-01
- VIDEO RAJA PURANA PDT-02
- VIDEO RAJA PURANA PDT-03
- VIDEO RAJA PURANA PDT-04
- VIDEO RAJA PURANA PDT-05
- VIDEO RAJA PURANA PDT-06
- VIDEO RAJA PURANA PDT-07
- VIDEO BERBAKTI KEPADA LELUHUR
- VIDEO BALI FOREVER
- INDONESIAN PRESIDENT AT BUCKINGHAM PALACE
- KEKAYAAN ALAM INDONESIA DIBAGI-BAGI BAGAIKAN RAMPASAN PERANG ???
- KEINDAHAN ALAM BAWAH LAUT DI BALI, INDONESIA
- TARI BALI : KEINDAHAN DAN DINAMIKA GERAKNYA
- BALI : KEUNIKAN ALAM DAN MASYARAKATNYA
GAYATRI MANTRA
Minggu, 12 Februari 2012
PURA PADHARMAN ARYA KUBONTUBUH ATAU ARYA KUTHAWARINGIN MEMANG BUKAN DI BESAKIH
Menjelang Karya Eka Dasa Rudra di Besakih, telah diterbitkan buku yang berjudul “Menyongsong KARYA EKA DASA RUDRA di PURA BESAKIH”. Buku tersebut disusun oleh I Wayan Surpa dengan kata sambutan tertanggal 3 Pebruari 1979 dari PARISADA HINDU DHARMA PUSAT yang ditandatangani oleh Tjokorda Rai Sudharta selaku Ketua III.
Pada halaman 105 Buku tersebut disajikan Bagan Denah Pura-Pura Padharman di kompleks Pura Besakih beserta keterangan Bagan Denah Pura-Pura tersebut pada halaman 106. Pada butir III dalam keterangan Bagan Denah itu tercantum “Pedarman Kebontubuh”, sedangkan dalam Bagan Denahnya lokasi Pedharman termaksud nampak bersebelahan dengan “Pedarman Sukewati.” Darimana informasi yang mendasari Bagan Denah beserta keterangannya itu diperoleh, dapat disimak dari uraian “PENJELASAN TENTANG PURA-PURA PEDHARMAN” pada halaman 69-70 buku tersebut diatas dimana antara lain terdapat pernyataan seperti kutipan kalimat berikut : “….. uraian tentang Pura-Pura Pedharman tersebut diatas hanya disusun berdasarkan keterangan-keterangan yang diperoleh dari Pemangku-Pemangku di Pura itu, yang mungkin saja belum benar seluruhnya, akan tetapi minimal dapat memberikan petunjuk dasar bagi para penyiwinya dalam menyempurnakan riwayat Pura-Pura Pedharman yang menjadi penyiwiannya, ……………… .” Selanjutnya uraian penjelasan termaksud diakhiri dengan kalimat berikut : “Akhirnya saya memohon maaf bila dalam uraian tentang Pura-Pura Pedharman tersebut diatas terdapat kekeliruan serta mohon untuk diperbaiki dan disempurnakan dikemudian hari.” Dari dua kalimat kutipan diatas dapat diduga bahwa sipenulis masih belum sepenuhnya yakin akan kebenaran dari apa yang telah ditulisnya.
Dalam buku tersebut diuraikan pula bahwa diareal pura tersebut antara lain terdapat Meru Tumpang Lima yang dinyatakan sebagai palinggih Ida Sri Mpu Bujangga dan padharman ini disungsung oleh keluarga dari Banjar Sengguan Klungkung (Wayan Windia, 1980 : 56). Informasi tersebut sudah tentu mengandung kerancuan karena antara nama padharman (Arya Kubontubuh) dan yang disungsung/dinharma (Ida Sri Mpu Bujangga) sama sekali tidak sesuai. Nampaknya informasi yang rancu tersebut terus-menerus dijadikan acuan untuk beberapa publikasi berikutnya tanpa membandingkan dengan sumber informasi dalam kepustakaan lainnya.
Jumat, 14 Oktober 2011
KEBERADAAN PURA PADHARMAN TIDAK HARUS DI BESAKIH
1) Tulisan I Gusti Made Warsika, S.H., Pekandel Pedharman I Gusti Agung Petandakan Jalan Puputan No.6 Semarapura yang termuat dalam rubrik Surat Pembaca Harian Bali Post tanggal 16 september 1998, yang berjudul : “Padharman tidak harus di Besakih”, dalam butir 2 dan 3 diuraikan sebagai berikut :
“2. …………padharman tidak mesti di Besakih dan padharman bisa dibangun dimana saja tergantung kejadian sejarah yang melatar-belakanginya. Tidak semua orang mesti mempunyai padharman di Besakih. Padharman yang ada di Besakih dibangun tahun 1840-an atas prakarsa leluhur saya Raja Puteri Dewa Agung Bale Mas yang ketika itu bersama-sama raja-raja Bali lainnya ngaturang Karya Manca Wali Krama menyusul selesainya Karya Maligya di Puri Klungkung, walaupun ketika itu tidak semua raja-raja setuju atas prakarsa itu. Pernyataan ini dikuatkan Tjokorda Made Adnya di Puri Kaleran yang mengatakan pada awalnya hanya dua raja yang membuat padharman di Besakih yakni Raja Klungkung dan Raja Mengwi. Amat sangat disayangkan suatu ide dan prakarsa yang bagus kurang mendapat dukungan pada hal tujuannya adalah untuk mempersatukan raja-raja di Bali dan menggalang kekuatan untuk melawan kolonialisme Belanda yang ketika itu sedang merambah Bali.
3.Tanggal 14 Agustus 1975 penulis juga mendapat penjelasan dari Drs. Martinus Maria Sukarto Atmojo yang ketika itu sebagai Kepala Suaka Purbakala Bali berkedudukan di Bedulu yang juga membenarkan pernyataan tersebut dan memberikan contoh diantaranya Prabu Ugrasena Raja Bali pada abad X di dhinarma di Er Madatu, Prabu Udayana padharman beliau ada di Banyu Weka, Prabu Anak Wungsu di dhinarma di Gunung Kawi.”
Minggu, 04 September 2011
PURA DALEM TUGU, PURA MRAJAN KAWITAN DAN PURA WARINGIN
- Postingan tertanggal 17 Oktober 2010 yang berjudul : Peristiwa Sejarah dan Peranserta Sira Arya Kuthawaringin Beserta Keturunnannya.
- Postingan tertanggal 17 Oktober 2010 dengan judul : Peristiwa Sejarah dan Pura Yang Berdiri.
- Rangkaian Postingan-Postingan tentang Raja Purana Pura Dalem Tugu yang telah dipublis mulai dari postingan tertanggal 31 Oktober 2010 sampai dengan postingan tertanggal 29 Januari 2011.
Dilihat dari tokoh pendiri masing-masing pura dari ketiga pura tersebut yaitu Pura Dalem Tugu di Gelgel, Klungkung yang didirikan oleh Sira Arya Kuthawaringin; Pura Mrajan Kawitan Pratisentana Sira Arya Kubontubuh di Gelgel, Klungkung yang didirikan oleh Kyayi Gusti Agung Bandhesa Gelgel dan Pura Waringin di Desa Waringin, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem yang didirikan oleh Kyayi Wayahan Kuthawaringin yaitu putera sulung Kyayi Gusti Parembu, adalah pura-pura yang secara geneologis terkait satu dengan lainnya, dengan Pura Dalem Tugu sebagai pusatnya.
Pemahaman tentang sejarah pendirian, status, fungsi dan sebutan dari ketiga pura termaksud bagi para sameton pratisentana Sira Arya Kuthawaringin diperlukan untuk lebih memantapkan hati dalam menentukan urutan prioritas pura yang akan dituju untuk melaksanakan kewajiban berbhakti kepada leluhur dalam kerangka konsep Tri Rna sesuai dengan inti tattwa Agama Hindu yang terhimpun dalam Panca Srada.
Oleh karena itu uraian selanjutnya akan berkisah tentang sejarah berdiri beserta pendirinya, status, fungsi dan sebutan masing-masing dari ketiga pura termaksud.
1. Pura Dalem Tugu
a.Sejarah berdirinya Pura Dalem Tugu.
Kata Dalem dari nama Pura Dalem Tugu berasal dari kata Dalem dari Kahyangan Dalem Desa yang juga disebut Dalem Jagat dan kemudian lumrah dikenal sebagai Dalem Suci. Kahyangan termaksud merupakan sthana Sang Hyang Amurwabhumi dan sudah ada sebelum munculnya Kahyangan Tiga. Sedangkan Dalem Pangulun Setra atau Dalem Cungkub yang merupakan salah satu unsur (pura) dari Kahyangan Tiga, merupakan sthana Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Durga Bhairawi. Dengan demikian Dalem Desa , Dalem Jagat atau Dalem Suci yang merupakan cikal-bakalnya pura yang kemudian dikenal dengan nama Pura Dalem Tugu, bukanlah Dalem Pangulun Setra.
Sedangkan kata Tugu dari nama Pura Dalem Tugu tersebut berasal dari Palinggih Sang Hyang Tugu (Sang Hyang Ghanapati) yang didirikan dibagian utara dalam palemahan Pura Dalem Suci termaksud, dimana I Gusti Agung Bandhesa Gelgel bersama para arya lainnya berikrar (madewasaksi) untuk membulatkan sikap dikalangan para pejabat kerajaan sebelum menjemput Ida I Dewa Ketut Ngulesir ke Desa Pandak untuk mohon kesediaan beliau dinobatkan menjadi Dalem pengganti Dalem Ile.
Proses sejarah dari Kahyangan Dalem Desa, Dalem Jagat atau Dalem Suci menjadi Pura Dalem Tugu seperti dimaksud diatas, berjalan seiring dengan perjalanan hidup beserta kiprah peranan Sira Arya Kuthawaringin beserta putera-putera beliau dalam perjalanan sejarah pemerintahan Dalem Samprangan dan Dalem Gelgel, seperti ilustrasi singkat dibawah ini.
Senin, 25 April 2011
KETURUNAN KYAYI MIBER
- Dalam Babad Sira Arya Kuthawaringin-Kubontubuh yang dijadikan rujukan dalam penulisan postingan yang disajikan dalam Blog yang saya kelola ini memang tidak ada uraian yang mengungkap keturunan Kyayi Miber putera Kyayi Lurah Tubuh alias Ki Nyapnyap.
- Jika dalam kenyataannya, kini ada keturunan Kyayi Miber, memang menimbulkan pertanyaan. Mengapa dalam Babad termaksud tidak ada uraian tentang itu ?
- Jawaban dari pertanyaan tersebut, menurut hemat saya,dapat didekati dengan menganalisis data yang terungkap dari rangkaian peristiwa-peristiwa sejarah yang terrekam dalam Babad termaksud antara lain sebagai berikut :
- Jika demikian halnya, menurut hemat saya, untuk mengetahui keturunan Kyayi Miber dapat ditempuh beberapa cara antara lain :
- Demikianlah hal-hal yang bisa saya sampaikan, semoga ada manfaatnya.
(I Made Pageh Suardhana)
Sabtu, 29 Januari 2011
Peta Denah Palinggih dan Bangunan di Pura Dalem Tugu, Gelgel, Klungkung (Sesuai Raja Purana).
Keterangan Peta :
I. J e r o a n
1.Padma Agung (Sanggar Agung Kembar)
2.Tugu (Linggih Sang Hyang Tugu)
3.Meru Tumpang Tiga (Padharman sang wus humoring Hyang
Sirarya Kuthawaringin)
4.Gedong Bata (Pajenengan Kawitan)
5.Bale Pengaruman (Pesamuhan)
6.Saptapatala
7.Ngrurah Agung
8.Piyasan
9.Limascari
10.Limascatu
11.Manjangan Saluwang (Maspahit)
12.Panyimpenan (tegeh)
13.Tigaron
14.Panggungan
15.Bale Pamujaan
II. Jaba Tengah
1.Bale Kulkul
2.Taman/Beji
3.Apit Lawang
4.Bale Lantang
5.Bale Sakanem (serbaguna)
III. Jaba Sisi
1.Wantilan
2.Pangijeng Karang
3.Lebuh
(Sumber : Babad Sira Arya Kuthawaringin-Kubontubuh, Edisi II-2007, halaman 122-123).